Jakarta – Ancaman akibat perubahan iklim tak terbantahkan. Sedikitnya 11 kota di dunia diprediksi akan tenggelam, pada tahun 2100.
World Economic Forum (WEF) pada tahun 2019 mengeluarkan prediksinya terhadap kota-kota yang berada di pesisir, yang berhadapan dengan ancaman tenggelam karena perubahan iklim.
Urutan pertama yang tenggelam karena perub ahan iklim tersebut, yakni Kota Jakarta Indonesia.
11 kota di dunia yang terancam tenggelam hingga tahun 2100 versi WWF :
– Jakarta, Indonesia. Setiap tahunnya, Jakarta tenggelam hingga 6,7 inci karena pemompaan air tanah yang berlebihan (yang menyebabkan perubahan tekanan dan volume yang menyebabkan tanah tenggelam).
Akibatnya, sebagian besar kota Jakarta mungkin akan tenggelam, pada tahun 2050.
– Lagos, Nigeria. Garis pantai Lagos yang rendah terus terkikis dan naiknya air laut akibat pemanasan global, membuat kota terbesar di Afrika itu terancam banjir.
Sebuah study tahun 2012 dari Universitas Plymouth menemukan, kenaikan permukaan laut setinggi 3 – 9 kaki (91,44 hingga 274,32 cm) akan memberikan dampak yang sangat buruk terhadap aktivitas manusia di wilayah itu.
Permukaan air laut secara global diperkirakan akan naik 6,6 kaki pada akhir abad ini.
– Houston, Texas. Sama seperti kasus Jakarta sebagian wilayah Houston tenggelam dengan kecepatan 2 inci per tahun karena pemompaan air tanah yang berlebihan.
Makin tenggelamnya Houston, makin rentan wilayah itu terhadap bencana seperti Badai Harvey, yang merusak hampir 135.000 rumah dan membuat sekitar 30.000 orang mengungsi.
– Dhaka, Bangladesh. Bangladesh menghasilkan 0,3 persen emisi yang berkontribusi terhadap perubahan iklim.
Akibatnya, Bangladesh menjadi salah satu negara yang menghadapi konsekuensi terbesar dari naiknya permukaan air laut.
Lautan dapat membanjiri 17 persen daratan Bangladesh, dan membuat sekitar 18 juta warganya mengungsi pada tahun 2050.
– Venesia, Italia. Venesia tenggelam dengan kecepatan 0,08 inci setiap tahunnya.
Italia mulai membangun penghalang banjir yang terdiri dari 78 gerbang di tiga saluran masuknya pada tahun 2003. Ini dikenal sebagai Mose.
Ketika serangkaian badai melanda Venesia tahun 2018, proyek senilai 6,5 miliar dolar AS itu masih belum selesai.
Bahkan, banjir tersebut merupakan yang terburuk yang pernah dialami kota tersebut dalam satu dekade terakhir.
– Virginia. Pantai Virginia merupakan salah satu daerah dengan tingkat kenaikan permukaan laut tercepat di Pantai Timur, yang memperhitungkan kenaikan permukaan air dan tenggelamnya daratan.
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional memperkirakan, Pantai Virginia akan mengalami kenaikan permukaan laut hingga hampir 12 kaki (3,6 meter) pada tahun 2100.
– Bangkok. Bangkok tenggelam dengan kecepatan lebih dari 1 sentimeter per tahun dan mungkin berada di bawah permukaan laut pada 2030.
Untuk membantu mencegah banjir, sebuah firma arsitektur membangun taman seluas 11 hektar yang dapat menampung hingga 1 juta galon air hujan, yang disebut Taman Centenary Universitas Chulalongkorn.
– New Orleans, Louisiana. Berdasarkan penelitian NASA tahun 2016, beberapa bagian New Orleans tenggelam dengan kecepatan 2 inci per tahun, dan mungkin berada di bawah air pada tahun 2100.
– Rotterdam, Belanda. Menurut The New York Times, 90 persen Kota Rotterdam berada di bawah permukaan laut. Ketika permukaan air laut naik, risiko banjir pun meningkat.
Seperti Taman Centenary Universitas Chulalongkorn di Bangkok, Belanda juga membangun ‘taman air’ yang berfungsi ganda yang disebut Room for the River, serta penghalang gelombang badai yang sangat besar.
– Alexandria. Pantai-pantai di Alexandria telah menghilang seiring dengan naiknya permukaan air laut.
Laut Mediterania bisa naik setinggi 2 kaki (hampir 21 cm) pada tahun 2100.
– Miami, Florida. Permukaan air laut di Miami meningkat dengan kecepatan yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lain di dunia.
Hal itu mengakibatkan banjir, air minum yang terkontaminasi dan kerusakan besar pada rumah dan jalan. Kota ini mungkin harus segera meningkatkan strukturnya agar tetap berada di atas air. ***