Bandung – Gempa beruntun mengguncang wilayah Kabupaten Sumedang Jabar, pada siang, sore dan malam jelang tahun baru 2024, Minggu 31 Desember.
Gempa itu diawali oleh dua gempa bumi pembuka (foreshock) berkekuatan M 4,1 sekitar pukul 14.35 WIB, dan M 3,4 pada pukul 15.38 WIB.
Berdasarkan hasil analisa Badan Geologi, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM), gempa itu diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif lokal, yakni Sesar Cileunyi – Tanjungsari.
“Analisa ini juga disimpulkan berdasarkan posisi lokasi pusat gempa dan kedalaman hiposenternya,” kata Kepala PVMBG Badan Geologi Hendra Gunawan dalam keterangannya, Senin 1 Januari 2024.
Menurutnya, Sesar Cileunyi – Tanjungsari merupakan sesar mendatar yang sebarannya mulai dari selatan Desa Tanjungsari terus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles. Nilai laju geser berkisar 0,19 – 0,48 mm/tahun.
Hendra menyatakan, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa menengah hingga tinggi.
Kejadian gempa tersebut tidak menyebabkan tsunami, mengingat lokasi gempa berpusat di darat.
Morfologi daerah sekitar pusat gempa kata Hendra, merupakan dataran hingga dataran bergelombang, setempat lembah, perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
Berdasarkan data Badan Geologi (BG) daerah Sumedang, secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C).
“Wilayah itu secara umum tersusun oleh endapan Kuarter, berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau,” tegasnya.
Sebagian batuan rombakan gunung api itu lanjutnya, telah mengalami pelapukan. Endapan Kuarter bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) dan memperkuat efek guncangan hingga rawan gempa.
Selain itu, pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan rombajan gunung api, yang telah mengalami pelapukan berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa kuat dan curah hujan tinggi.
Sementara itu, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam keterangannya di kanal YouTube BMKG menjelaskan, BMKG mengungkap penyebab gempa di Sumedang pada Minggu 31 Desember malam itu.
Menurut BMKG, gempa itu dipicu sesar aktif yang belum terpetakan. “Wilayah Sumedang merupakan kawasan rawan gempa karena lokasinya yang berdekatan beberapa jalur sesar aktif.
“Antara lain sesar lembang, sesar baribis dan sesar aktif lainnya yang belum teridentifikasi dan terpetakan,” kata Dwikorita.
Ia mengatakan, gempa di Sumedang tergolong gempa bumi dangkal. Hasil analisis menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser atau strike slip.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal, yang dipicu aktivitas sesar aktif,” kata Dwikorita.
Untuk hasil akhir lebih mendalam harus didukung oleh data lapangan. Hasil analisis mekanisme menunjukkan, gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser (strike-slip).
Namun, sebelumnya Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono menyatakan, rentetan gempa yang mengguncang Sumedang akibat aktivitas sesar aktif di wilayah setempat (lokal) Cileunyi – Tanjungsari.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar aktif wilayah setempat,” katanya.
Daryono mengatakan, hingga pukul 20.55 WIB, BMKG mencatat sudah tiga kali gempa yang guncang wilayah Sumedang.
Gempa Sumedang pertama M 4,1 pukul 14.35 WIB, lalu gempa M 3,4 pukul 15.38 WIB, dan gempa yang ketiga pukul 20.34 WIB dengan kekuatan M 4,8.
“Hingga pukul 20:55 WIB, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 3 aktivitas gempa bumi yang dirasakan di wilayah ini,” tegasnya.
Daryono menjelaskan, gempa M 4,8 dirasakan di wilayah Sumedang dengan Skala Intensitas III-IV MMI. Artinya dirasakan nyata dalam rumah, terasa getaran seakan-akan ada truk berlalu.
Lalu turut dirasakan di Lembang dengan Skala Intensitas III MMI. Di Subang dan Kota Bandung dengan Skala Intensitas II-III MMI, di Garut dengan Skala Intensitas II MMI. ***