Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi sesar baru yang menjadi penyebab gempa di Sumedang Jawa Barat, pada 31 Desember lalu.
Memperhatikan sebaran gempa susulan, tatanan tektonik dan analisis mekanisme sumbernya, gempa itu disebabkan oleh sesar aktif melewati Sumedang yang semula belum terpetakan.
“Sesuai analisis data seismisitas BMKG, maka disebut Sesar Sumedang,” kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 8 Januari 2024.
Dwikorita menyatakan, BMKG telah melakukan survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar.
Selain itu melakukan evaluasi morfotektonik dan survei struktur sesar bawah permukaan, untuk memetakan penyebab utama gempa tersebut.
“Survei itu dilakukan untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempa serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempa bumi itu, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar,” katanya.
Kabupaten Sumedang katanya, merupakan wilayah yang rawan mengalami gempa dengan sumber gempa dari zona tumbukan Lempeng Indo – Australia dan Eurasia di Samudra Hindia.
Selain itu, ada sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan. Antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela dan Sesar Baribis.
Selain itu Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles serta beberapa sesar aktif yang belum terpetakan yang dapat memicu gempa di wilayah tersebut.
Berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak BMKG dari 2020 lanjut Dwikorita, wilayah Sumedang pada 14 Agustus 1955 mengalami gempa yang menyebabkan kerusakan banyak bangunan.
Pada 19 Desember 1972 juga menghadapi gempa bumi dengan magnitudo 4,5, yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran.
“Gempa pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung, tapi juga dirasakan hingga Kota Bandung dan Kabupaten Garut,” tegas Dwikorita.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, BMKG bersama dengan Pemkab Sumedang, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kantor Pencarian dan Pertolongan dan Kementerian Sosial bersinergi untuk meningkatkan literasi masyarakat.
Utamanya mengenai kegempaan, termasuk soal langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dijalankan sebelum, pada saat dan sesudah terjadi gempa.
Dwikorita menambahkan, BMKG telah menyampaikan beberapa rekomendasi upaya mitigasi kepada pemerintah daerah dan instansi terkait.
Rekomendasi yang dimaksud antara lain tertuang dalam evaluasi rencana tata ruang dan wilayah Kabupaten Sumedang, dengan mempertimbangkan peta zona bahaya gempa serta pelamparan sesar aktif (Sesar Sumedang).
BMKG menyampaikan, hasil evaluasi dan penerapan aturan standar bangunan tahan gempa berdasarkan peta mikro-zonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA), serta rekomendasi program edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan.
BMKG juga menyampaikan pentingnya menjaga masyarakat agar tidak mudah terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya. ***