Sleman – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyatakan, suplai magma Gunung Merapi masih berlangsung yang dapat memicu terjadinya awan panas guguran di daerah potensi bahaya.
Kepala BPPTKG Agus Budi Santosa menjelaskan, morfologi atau bentuk kubah barat daya teramati adanya perubahan akibat aktivitas awan panas guguran dan guguran lava.
Sedangkan untuk morfologi kubah tengah sejauh ini relatif tetap.
Berdasarkan analisis foto udara tanggal 10 Januari 2024, volume kubah barat daya terukur sebesar 2.663.300 meter kubik, dan kubah tengah sebesar 2.358.400 meter kubik.
“Kubah lava di barat daya memang posisinya tidak stabil, sehingga sering memicu guguran lava pijar dan awan panas guguran,” katanya.
Agus mengatakan, pada pekan ini terjadi 10 kali awan panas guguran ke arah barat daya atau ke hulu Kali Bebeng, dengan jarak luncur maksimal 2.400 meter.
Guguran lava teramati sebanyak 143 kali ke arah selatan dan barat daya. Meliputi 3 kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.000 m dan 140 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 1.700 m.
Suara guguran itu pun terdengar 3 kali dari Pos Babadan, meski intensitas kecil.
Sementara aktivitas kegempaan dalam sepekan ini memang fluktuatif. Minggu ini kegempaan Gunung Merapi mencatat 10 kali gempa Awan Panas Guguran (APG).
Selain itu 4 kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 108 kali gempa Fase Banyak (MP), 871 kali gempa Guguran (RF) dan 1 kali gempa Tektonik (TT).
“Sementara intensitas kegempaan pada pekan ini masih cukup tinggi,” tegas Agus Budi.
Hujan dan lahar pada pekan ini terjadi di Pos Pengamatan Gunung Merapi, dengan intensitas curah hujan sebesar 71 mm/jam, selama 80 menit di Pos Kaliurang pada tanggal 30 Januari.
Teramati juga adanya aliran di Kali Senowo dan Apu pada tanggal 29 Januari.
“Dilaporkan adanya penambahan aliran di Kali Boyong pada 30 Januari, serta penambahan aliran di Kali Gendol pada 31 Januari dan 1 Februari 2024,” lanjutnya.
Agus menegaskan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi, yakni berupa aktivitas erupsi efusif.
Status aktivitas ditetapkan dalam tingkat Siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan barat daya.
Meliputi Sungai Boyong sejauh maksimal 5 km, Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal 7 km. Pada sektor tenggara meliputi Sungai Woro sejauh maksimal 3 km dan Sungai Gendol 5 km.***