Jakarta – Pakar telematika Roy Suryo membeberkan Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) milik KPU yang banyak masalah.
Singkatan Terstruktur, Sistematif dan Masif (TSM) itu pun belakangan sering disebut, pasca pelaksanaan Pemilu 2024.
Diduga, Sirekap menjadi salah satu media untuk melancarkan dugaan kecurangan terstruktur, sistematis dan masif dalam Pilpres 2024.
Roy menjelaskan, dugaan kecurangan itu terjadi saat Sirekap diunduh oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di awal peresmiannya.
Setelah di-download oleh banyak petugas KPPS, sistem Sirekap mengalami perubahan yang bukan tidak mungkin terjadi kesalahan secara TSM.
Ibarat pertandingan sudah bermain, software-nya diperbaiki, sehingga membuat orang yang tadinya men-download di awal Januari, yang didownload oleh KPPS itu tidak sama.
“Jadi kesalahannya bisa masif. Ini (diubah) dalam catatan saya terjadi 10 kali,” kata Roy dalam pertemuan Forum Penyelamat Demokrasi dan Reformasi di Plataran Menteng Jakarta Pusat, Rabu 28 Februari 2023.
Roy menegaskan, sistem Sirekap tidak layak digunakan untuk membantu penghitungan suara Pilpres 2024. Ia menilai, kesalahan sistem yang dimiliki Sirekap mempertaruhkan kemajuan bangsa.
Misalnya, dugaan kecurangan lainnya, Roy mengklaim Sirekap bukan di-hack atau diretas, tapi dimatikan. Namun ia tak menyebut siapa pelaku yang mematikan sistem penghitungan di Sirekap itu.
“Sebenarnya Sirekap bukan di-hack tapi memang dimatikan. Kenapa dimatikan, karena memasukkan script untuk memasukkan program colongan,” tegas Roy.
Ia mengaku, setiap hari masih terus memantau perkembangan Sirekap serta mencatat berbagai perubahan yang terjadi.
Roy Suryo melanjutkan, dirinya juga sudah mengantongi beberapa bukti untuk nantinya bisa dipertanggungjawabkan.
“Pada tabulasi di Sirekap sudah muncul persentase sama seperti quick count pada pukul 19.00 WIB, paslon 01 24 persen, 02 58 persen dan paslon 03 17 persen.Padahal itu hari pertama jam 7 malam, belum ada data TPS yang masuk, ini ada buktinya,” lanjut Roy.
Perasaan heran karena tidak masuk akal dengan hasil quick count di hari pencoblosan itu, di beberkannya itu cukup membuat Roy merasa penasaran.
“Pada tanggal 14 Februari, itu sengaja di-hold lalu semua hal yang keluar akan masuk dalam perhitungan tadi, 24, 58 dan 17. Jadi mau kapan pun angkanya segitu, ini tidak masuk akal,” lanjutnya. ***