Bandung – Makhyatul Fikriah, mahasiswi semester 7 Program Studi Ilmu Hukum (IH) Universitas Islam Negeri (UIN) Bandung berhasil meretas keterbatasan ekonomi dengan mendulang prestasi, hingga mendapat beasiswa keliling lima negara Asia.
Perempuan muda yang bercita-cita menjadi seorang hakim di Mahkamah Agung (MA), lahir di Kota Kediri Jatim berasal dari keluarga sederhana.
“Saya berasal dari keluarga yang sangat sederhana, namun saya akan kejar mimpi saya menjadi seorang hakim agung di MA,” aku Makhyatul di UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Minggu 21 Januari 2024.
Makhya mengaku, kuliah baginya adalah sebuah keniscayaan jika melihat pada kondisi yang serba kekurangan, meski dirinya sempat gagal seleksi masuk Perguruan Tinggi Negri (PTN) sebanyak 24 kali.
Menurutnya, perjalanannya mengenyam perguruan tinggi tak semulus yang diperkirakan. Ia sempat diterima di sebuah kampus yang biaya uang pangkalnya tinggi.
Akhirnya Makhya pun diterima Ki kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung, melalui jalur mandiri dan meraih beasiswa.
“Saya sempat masuk salah satu PTN, hanya diterima di jalur mandiri yang biaya pangkalnya besar dengan kondisi ayah saya yang sakit,” akunya.
“Sampai akhirnya saya diterima di UIN Bandung yang tidak ada uang pangkal, dan saya coba cari beasiswa, dengan berkomitmen mengharumkan nama kampus UIN Bandung,” ungkapnya.
Jauh di sebuah kota yang dijuluki Kota Tahu, kota yang terbelah oleh dua sungai itu, yakni Kota Kediri. Tempat Makhya mendapatkan beasiswa sejak MTs karena keterbatasan ekonomi orangtua.
Makhya mengungkap, saat masa SMA tepatnya pada tahun 2019 keluarganya hanya memiliki sebuah motor lawas seharga lima jutaan.
Bahkan, Makhya dan keluarga tidak memiliki handphone dan laptop. Di tengah ekonomi yang sedang serba keterbatasan, Makhya berjuang menjadi seorang tulang punggung keluarga.
“Pendapatan bapak tidak menentu, ditambah kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan. Pada 2019 saya mulai bekerja serabutan, mulai dari jualan figura foto, mengajar ngaji dan jasa pembuatan mahar,” papar Makhya.
Pada awal 2021 Makhya mendapati sang ayah tercinta terbujur kaku, di hari ia diterima kuliah di UIN Bandung akibat sakit yang diderita selama ini.
Makhya mengatakan, ayahnya pergi ke pangkuan Ilahi untuk selama-lamanya. Makhya pun harus jadi satu-satunya tulang punggung keluarga.
“Pada 2021 bagi saya adalah tahun yang memilukan, ayah saya meninggal dunia dan ibu saya harus operasi kanker ganas. Saya satu-satunya yang harus bekerja untuk sekolah adik dan biaya ibu saya, yang sampai hari ini masih harus menjalani perawatan rutin,’’ tegas Makhya.
Menurutnya, kehidupan harus terus berlanjut, masa lalu bersama ayahnya hanya bisa ia kenang dan ia bekalkan surat Al-Fatihah dan doa-doa.
Makhya sadar, tidak sedikit anak yang punya kondisi seperti dirinya, ia pun bertekat untuk bangkit dan bermanfaat.
Perjalanannya dari hari ke hari hingga tahun ke tahun, ia meyakinkan diri bisa dan terbukti dengan beberapa prestasi yang ia raih.
“Alhamdulillah, semasa kuliah saya menjuarai banyak lomba seperti Best Speaker Debat Nasional di tahun 2023, Juara 1 Debat Nasional Hukum 2021, Juara 2 Cerdas Cermat BPKP 2023, Juara 2 Esai SFL 2023 dan Duta Santri Nasional 2021,” lanjutnya.
Sementara Ibunda tercinta Siti Nur Aminah mengungkap, Makhya kecil sangat berambisi. Semasa sekolah ransel Makhya selalu penuh dengan buku.
Makhya kecil adalah seorang yang kritis. Dia tak segan untuk menyampaikan pendapat meski sedikit manja.
“Anaknya gemar bertanya dan dari kecil memang kritis. Kalau yang tidak sesuai kata hatinya, ia tidak segan menyampaikan. Di rumah dia anaknya cukup manja kalau dengan orangtua, maunya disuapin, tapi kalau di luar Makhya kuat dan tanggung jawab,” cerita Aminah.
Ketua unit Pembinaan dan Promosi Mahasiswa Unggul (P2MU) UIN Bandung Jujun jamaludin mengungkap, Makhya pernah mengikuti Student Exchange di Korea Selatan tahun 2023, Konferensi Pemuda di Brunei Darussalam tahun 2023 dan bulan Februari tahun 2024.
Dalam waktu dekat Makhya pun akan berangkat ke Singapura untuk mengikuti Student Exchange, Konferensi di Thailand dan Study Visit di Malaysia dengan beasiswa.
Jujun menjelaskan, Makhya merupakan sosok pribadi yang sangat positif, semangat, pantang menyerah dan mempunyai dedikasi yang tinggi.
“Dengan kepribadiannya yang sangat positif itulah, Makhayatul Fikriyah tidak hanya menjadi bintang di UIN Bandung. Namun menciptakan lingkungan kampus PTKIN (Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri) yang inspiratif,” sebut Jamaludin. ***