Jakarta – Pedagang beras di pasar induk Cipinang Jakarta Timur mengungkap fakta, menyoal mahalnya harga beras.
Para pedagang pun mengeluhkan seretnya pasokan ke pasaran, sehingga harga beras mahal.
Salah seorang pedagang beras di pasar induk Cipinang Lukman menyatakan, tingginya harga beras di pasaran lantaran beras operasi pasar milik pemerintah tidak banyak yang turun ke pasar.
Hal tersebut membuat pasokan ke pasaran tersendat, yang akhirnya harga beras di tingkat konsumen mengalami kenaikan.
“Beras operasi pasar tidak terlalu banyak, jadi harganya tinggi. Seretnya pasokan karena beras operasi pasar sedang tidak banyak, sehingga mempengaruhi harga,” katanya, Selasa 13 Februari 2024.
Ia menjelaskan, saat pasokan dari operasi pasar sedang melimpah, maka harga beras cenderung stabil. Kalaupun naik, tidak setinggi seperti yang saat ini terjadi.
Diketahui, kenaikan harga beras tertinggi terjadi untuk beras maros IR 64 dan IR 42. Harga beras IR 64 saat ini dibanderol dengan harga Rp 15.500/kg.
Padahal bulan Januari lalu harganya masih sekitar Rp 13.000/kg. Kondisi itu juga terjadi untuk harga beras IR 42 atau beras perak, yang saat ini juga mengalami kenaikan.
Sementara itu menyinggung penyaluran bansos sebagai penyebab mahal dan langkanya beras di pasaran, Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi membantahnya.
Menurutnya, penyaluran bantuan pangan menyebabkan kelangkaan beras di ritel modern.
“Baik SPHP maupun bantuan pangan direncanakan bersama dan dialokasikan bersama,” katanya.
Bayu mengungkapkan, alasan importasi 2 juta ton tahun ini sejatinya karena untuk bantuan pangan dan SPHP.
“Jadi tidak ada alasan bantuan pangan membuat stok penyaluran SPHP lebih sulit,” tegasnya.
Bayu juga memastikan, penyaluran beras bantuan 10 kg kepada 22 juta keluarga penerima manfaat saat ini proses penyalurannya dihentikan sementara akan kembali dilanjutkan.
Sedangkan alasan pemberhentian sementara lantaran pihaknya menghormati proses pemilu, yang akan berlangsung pada hari Rabu 14 Februari.
“Lusa (Kamis) bantuan pangan sudah dimulai lagi. Kita hentikan sementara untuk menghormati proses Pemilu. Daripada nanti timbul fitnah dan segala macam,” lanjut Bayu.
Sebelumnya Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi pun telah membantah, program bantuan sosial (bansos) pangan beras 10 kg menjadi penyebab kelangkaan beras di pasaran.
Menurutnya, kelangkaan beras premium 5 kg di tingkat ritel saat ini lebih disebabkan oleh melonjaknya harga beli di tingkat produsen.
“Bantuan pangan itu nggak ada kaitannya dengan harga, tetapi (kelangkaan beras saat ini) negara tetap hadir,” katanya.
Arief menekankan, pemerintah telah memutuskan untuk menghentikan sementara bantuan pangan beras pemerintah pada 8 hingga 14 Februari 2024 ini.
Langkah itu katanya, diambil untuk menghormati proses Pemilu yang sedang memasuki masa tenang. Oleh karena itu, ia menekankan program bansos tidak pernah berkorelasi dengan kelangkaan beras di pasaran. ***