Bandung – Kawanan monyet kembali berkeliaran kali ini terlihat di kawasan Jalan Supratman Kota Bandung, Jumat 1 Maret 2024 pagi.
Berdasarkan informasi dari netizen, kawanan monyet tersebut terlihat pukul 07.32 WIB. Monyet tersebut berkeliaran di atap bangunan PLN Icon Plus Jalan Supratman.
Ada berbagai kemungkinan penyebab monyet ekor panjang itu berkeliaran, atau turun ke permukiman warga di Kota Bandung.
Seperti diungkap Ketua Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) Ganjar Cahyadi, ada 3 kemungkinan penyebab monyet turun ke permukiman.
“Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitatnya,” katanya.
Disebutkan, jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan itu biasanya relatif cepat. Hal itu karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat.
“Biasanya bencana tidak akan terlalu lama (dari kepergian mereka dari habitatnya). Namun, jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain”.
Penyebab lain kata Ganjar, mungkin hewan itu mencari makan ke tempat lain karena di tempat sebelumnya sumber daya makanan menipis sedangkan populasinya banyak.
Penyebab ketiga, mungkin adanya kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. Diketahui, hewan tersebut membentuk kelompok.
Biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok. Jika penyebabnya kompetisi antar-kelompok, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya.
“Bisa jadi kawasan perkotaan tersebut dianggap ‘kosong’ atau tidak dikuasai oleh kelompok lainnya,” tegas Ganjar.
Hal itu dapat terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya.
Oleh karena itu, pergerakannya cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi, sehingga naik ke genteng, kabel dan sebagainya.
Ketika monyet ekor panjang itu memasuki kawasan permukiman Ganjar mengimbau, warga agar tidak mengganggu, menyudutkan atau memberi makan mereka.
Hal itu dilakukan agar hewan tersebut tidak mengalami perubahan perilaku yang mengancam manusia.
“Jika diberi makanan, monyet bisa jadi tidak takut lagi kepada manusia. Bahkan, sebaliknya meminta-minta makanan hingga pergeseran perilaku seperti ‘mencuri’.
Misalnya, ketika ada warga yang membawa tentengan, mereka mengejar karena mengira itu makanan,” lanjutnya.
Selama tidak mengganggu dan membahayakan seperti menyakar atau menggigit, warga diimbau untuk membiarkan saja hewan tersebut.
Meski mereka primata arboreal (primata yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di atas pepohonan), mereka pun bisa juga berpindah di atas tanah bahkan bisa juga berenang.
Oleh karena itu, jika diberi ruang seperti diberi makan, diganggu dan disudutkan, dikhawatirkan akan mengubah perilakunya hingga lebih mengancam manusia.
Setelahnya lanjut Ganjar, ketika hewan tersebut tidak menemukan kondisi ideal untuk tinggal di perkotaan, mereka pun akan kembali lagi ke tempat asalnya.
“Karena secara alami mereka tinggalnya di sana,” katanya. Namun, untuk penyebab pastinya, perlu dilakukan pengecekan langsung.
Ia mengaku sudah berdiskusi dengan pihak Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jabar, yang menangani kasus itu dan saat ini tengah dilakukan pengecekan.
Jika terjadi situasi yang mengancam, diimbau warga agar melaporkan kepada pihak terkait, salah satunya BBKSDA Jabar untuk segera ditangani.***