Bandung—Setiap penyelenggaraan sertfikasi haji selalu ada cerita dan pengalaman menarik, dan ada dampak positif dari setiap kegiatan sertifikasi kepada para jamaah haji dan umrah sebagai efek dari peningkatan kualitas pembimbing. Ada sesuatu yang berbeda dari setiap kegiatan sertifikasi, sehingga ketika pulang sertifikasi haji ada yang bisa disampaikan pada jemaah.
“Tidak hanya bekal fiqh haji, namun juga bekal meningkatkan kedisiplinan dalam menunaikan tugas sebagai pembimbing, dan lebih profesional,” ujar Prof. Dr. H. Enjang, M.Ag., M.Si, Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dalam sambutan pembukaan Sertifikasi Pembimbing Haji dan Umrah Profesional, kerjasama Ditjen PHU Kemenag RI, LD PBNU, Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, dan Kanwil Kemenag Jabar, yang digelar 15 – 22 Januari 2024.
Petugas dan pembimbing haji tidak hanya memberika pembekalan seputar ritual ibadah haji dan umrah, namun juga memberikan bekal-bekal teknik lainnya yang bermanfaat di tempat ibadah, baik di Mekkah maupun Madinah. Karena karakteristik jemaah itu beragam, dan pemahaman atau pengalaman jemaah pun berbeda.
“Sertifikasi haji ini jangan hanya memenuhi kewajiban karena nanti akan berat, namun karena kebutuhan maka akan ringan. Sertifikasi ini harus bisa meningkatkan pengetahuan para pembimbing terkait medan, budaya, pelayanan kepada jemaah, juga mengajarkan para jemaah dalam menggunakan sarana dan prasarana selama berhaji dan umrah”, ujar Drs. Ajam Mustajam, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat.
Media Pembelajaran Pembimbing
Bertolak dari pengalaman, pelaksanaan sertifikasi memiliki peran strategi, mengingat sebagian manasik haji yang digelar selama ini, para pembimbing seringkali bercerita seputar pengalaman-pengalaman pribadi yang tidak ada kaitannya dengan praktik haji dan umrah. Implikasinya para jemaah tidak mendapatkan ilmu sebagai bekal ketika ibadah haji dan umrah.
Menimbang hal itu, tidak mengherankan bila kemudian dalam sambutannya, ketua pelaksana berpesan kepada para pesertanya agar sertifikasi menjadi media pembelajaran para pembimbing. “Tujuannya agar para pembimbing ketika melakukan manasik haji dan umrah, bisa memberikan ilmu kepada jemaah, dan bisa memberikan perubahan positif kepada jemaah,” ujar K.H. Ahmad Rosyidin Mawardi, Ketua Pelaksana LDPBNU (Lembaga Dakwah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama).
Sharing Ilmu
Sertifikasi haji ini juga merupakan model praktik dari moderasi beragama, karena yang menjadi peserta sertifikasi pembimbing haji dan umrah memiliki latar belakang organisasi kemasyarakatan yang beragam. Dalam sertfikasi bisa menjadi media sharing ilmu, pengalaman di antara para peserta.
“Jumlah peserta kali ini terbanyak, namun harga sertifikasi yang relatif bersaing,” papar K.H. Nurul Badrutamam, Sekretaris LDPBNU.***