Jakarta – Co-captain Tim Pemenangan Nasional Anies-Cak Imin, Thomas Trikasih Lembong jadi sorotan publik, setelah debat pilpres yang dilakukan cawapres, pada Minggu lalu.
Nama co-captain yang akrab disapa Tom Lembong, sempat disebut-sebut oleh cawapres nomor urut dua dalam debat tersebut.
Awalnya Gibran menyatakan, pasangan nomor urut 1 itu kerap digaungkan Lithium Ferro Phosphate (LFP) oleh Co-captain Timnas Amin, Thomas Lembong.
Menanggapi hal itu Tom Lembong menjelaskan, yang dimaksud dirinya Tesla tak menggunakan nikel adalah Tesla yang diproduksi di Cina.
Tom mengatakan tak menyamaratakan semua Tesla. “Saya kira harus dilihat lagi, yang saya sebut di podcast itu mobil Tesla yang dibuat di Cina, bukan semua mobil Tesla,” kata Tom Lembong, Senin 22 Januari 2024.
Sementara untuk Tesla yang dibuat di Amerika, memang masih diproduksi menggunakan nikel. Ia pun meminta Gibran untuk mengecek kembali pernyataan yang pernah dilontarkannya.
“Jadi semua mobil Tesla yang dibuat di Cina menggunakan baterai LFP. Mohon dilihat lagi di podcast itu sangat jelas. Tentu saya tahu, mobil Tesla di Amerika masih menggunakan baterai nikel,” katanya.
Diketahui, dalam sebuah podcast Total Politik yang disiarkan di Youtube, Tom Lembong memang pernah membicarakan tentang Tesla yang menggunakan LFP.
Namun demikian saat itu Tom Lembong mengatakan, baterai Tesla yang menggunakan LFP hanya yang diproduksi di Cina.
“Jadi 100 persen dari semua mobil Tesla yang dibuat di Cina telah menggunakan baterai yang mengandung 0 persen nikel dan 0 persen kobalt,” tegas Thomas Lembong.
Jadi, namanya LFP ini pakai besi, pakai fosfat dan masih tetap pakai lithium. Namun sudah tidak pakai nikel dan kobalt,” lanjutnya.
Analogi derasnya investasi
Sementara itu, mantan kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu juga pernah mengomentari terkait derasnya investasi yang masuk ke Indonesia versi Menteri Investasi Bahlil Lahadalia.
Thomas Lembong pun memaparkan sejumlah analogi jika memang hal tersebut terjadi.
““Simple-simple aja ya, kita suka terpukau dengan angka yang diberikan pemerintah, dan jadi buta dengan fakta yang kasatmata,” sebut Tom dalam tayangan YouTube Channel Total Politik, Selasa 23 Januari 2024.
“Kalau investasi begitu deras, kenapa pertumbuhan ekonomi masih 5 persen, kan harusnya sudah 7 persen. Kenapa harga pangan naik 20-30 persen, kenapa lapangan kerja masih sulit, semua orang mengeluhkan itu,” katanya.
Investasi yang besar yang diklaim Bahlil lanjut Tom Lembong, harusnya berbanding lurus dengan capaian dan berdampak pada masyarakat.
Dengan begitu, kesejahteraan bisa lebih merata. “Paling tidak, kita membangun sarana yang bisa menciptakan nilai tambah, ya bisa menaikkan pekerja,” paparnya.
Penjelasan lain lanjutnya, pemerintah harus memastikan komposisi dari investasi yang masuk. Jangan sampai lebih banyak ke sektor padat modal ketimbang padat karya.
“Kalau saja investasi deras tapi masuknya semua ke padat modal yang tidak mempekerjakan banyak orang, itu yang terjadi dalam 5 tahun ini,” ungkapnya.
Tom menegaskan, reformasi struktural mengenai hal itu yang nantinya akan dilakukan jika Anies jadi presiden. Sehingga investasi yang masuk juga bisa bermanfaat bagi semua pihak.
“Banyak investasi ke smelter dan infrastruktur dan menguntungkan pemodal bukan pekerja. Jadi kita jangan buta pada fakta di lapangan, terlena dengan angka yang keliatannya fantastis,” kata Tom. ***